Jika aku bisa bicara dengan Ibu Kartini,



Pengen banget bilang ke RA Kartini :

"Ibu Kartini, I did it. Aku bisa buat sekolah. Aku menunda melanjutkan sekolah seperti ibu. Aku bahkan seperti tidak lagi punya kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Tapi bu, aku berhasil seperti ibu. Setidaknya itu menurutku hari ini. Aku berhasil membawa anak-anak ini sekolah dengan layak meskipun tetap harus banyak perbaikan dari segala aspek. Ibu, I did it. Tidak apa-apa kan bu jika aku meniru ibu?

Tapi bu, rasanya saat duduk di meja kerjaku di sekolah itu terkadang aku ingin menangis. Ibu merasakan itu juga kan bu? Rasa ingin belajar bahkan disaat kita sudah mengajar. Rasa ingin meluaskan wawasan dan berkeliling mencari ilmu di setiap ujung cakrawala dunia. Ibu, aku begitu.

Tidak apa-apa kan bu jika aku masih berharap bisa sekolah lagi? Berharap masih bisa mencari wawasan lagi? Berharap bisa mencari banyak ilmu dari penjuru-penjuru dunia?

Ibu, dalam perjalanan menuju bermanfaat seperti ibu ini aku seringkali menangis. Betul rasanya dalam hidup kita memang harus menerima dan melepaskan. Banyak yang sudah aku lepaskan bu. Ibu juga begitu kan? Lalu untuk memupuk rasa ikhlas itu bagaimana bu? Syukurku jelas tiada henti. Tapi bagaimana ibu bisa berdamai bahwa selamanya ibu akan menjadi bermanfaat tanpa bisa melihat kincir angin di Belanda itu? Ibu tidak apa-apa? Jelas jika itu aku, aku akan kenapa-kenapa.

Ibu Kartini, bantu aku ya bu. Untuk menjadi perempuan dengan hati selapang ibu. Kalau boleh, aku juga ingin seperti teman ibu, Stella."

Sumedang, menuju kebebasan hati.


0 Komentar