Cerita angkotku ciamik sekali kali ini.
Mood ku sejak pagi kurang baik. Aku berinisiatif menawarkan diri berbelanja ke kota untuk refreshing. Setelah semua list belanja dibeli, aku pulang.
Angkot kali ini cukup unik. Dari luar seperti biasa saja tapi ternyata pintunya lebih lebar dari angkot biasanya. Kursinya terlihat sudah ganti kain berkali-kali, jendelanya agak alot dibuka, tapi nyaman untuk angkutan desa.
Sampai di tanjakan, angkot menyalip mobil box besar karena lambat dan cukup berbahaya jika angkot ada di belakangnya. Tapi berselang 10 menit supir angkot berkata dengan panik penumpang harus keluar. Aku yang membawa banyak belanjaan tidak berfikir panjang dan keluar angkot sesuai instruksi supir. Bau hangus tercium dan fikirku angkot ini akan meledak. Naudzubillah.
Penumpang yang berjumlah 3 orang termasuk aku terheran-heran. Ada apa? Ibu di depan berfikir ada penumpang yang mau naik, ibu disampingku berfikir ada yang bakar sampah di luar, dan aku tidak memikirkan apapun sama sekali. Hanya jantung yang cukup berdegup kencang karena panik.
Kami berdiam di samping angkot. Ternyata ibu yang duduk di depan kenal dengan supir. Ia pun sambil tertawa bercerita kepada kami bahwa baru saja terlelap eh sudah dikagetkan. Sampai ia langsung keliar dan sandalnya pun dilupakan di dalam angkot. Jenakanya ibu itu bercerita.
Ibu itu berjalan ke depan pedagang es jeruk lalu memesan 2 es jeruk. Kami, aku dan ibu satunya diminta duduk bersama karena menurutnya angkot akan berhenti cukup lama. Kali kedua aku dan satu ibu yang duduk bersamaku di belakang itu menghampiri ibu penumpang tadi yang sedang duduk di pedaganges jeruk. Ia memberikan kami es jeruk. Dia belikan, gratis. Aku keheranan. Apa ini? Tiba-tiba saja, tanpa basa basi, tanpa ada aba-aba. Aku yang tidak dalam posisi bisa menolak kemudian berterimakasih sanbil tersenyum. Padahal 5 menit lalu panik jantungku sampai berdebar kencang. Pikiran negatif banyak sekali gara-gara angkot berbau hangus itu. Tapi liat ibu ini, santainya membeli es jeruk sambil memperhatikan angkot tadi yang sedang dibetulkan oleh supir. Beberapa kali si ibu bilang jangan buru-buru, santai saja, tenang saja, "sing jongjon".
Aku berfikir kemudian, ternyata semudah itu berbuat baik dan membawa positif bagi orang lain. Apa yang aku risaukan selama ini? Ibu ini tidak mengenalku. Tapi mau berbagi kebaikan tanpa imbalan. Katanya : "Biar gak panas penumpang dan supirnya teh. Penumpangnya baik-baik ini. Kalo yang lain biasanya nyari angkot lain hehehe". Aku sebenarnya beberapa kali berfikir untuk pindah angkot karena memang takut dan semua belanjaanku ditunggu di kantor. Tapi Allah Swt memang baik. Allah menunjukan bahwa hidup itu mudah jika dijalani dengan ikhlas, sabar, dan selalu husnuzon.
Allah memang ingin aku betul-betul bertemu ibu baik itu. Bu, sepositif itu hidupmu sampai aku ketularan. Aku yang sedang moody dari pagi terbantu sekali. Aku jadi bisa bersyukur lagi. Pada hal kecil dan hal besar yang diterima.
0 Komentar