Jodoh itu apa Tuhan? Sepasang sendal yang selalu berdampingan? Kancing yang menempel di baju? Hati dan pikiran yang selalu bertengkar tapi saling mempercayai? Atau manusia dan tanah yang begitu dekat di bawah kubur?
Malam ini ayahku datang ke kamarku, bertanya pertanyaan yang sangat serius dengan muka yang serius.
"Kamu sudah punya calon kak? Ayah semakin tua, pun ibu. Keinginan ayah dan ibu melihat anak-anak semuanya menikah. Tapi siapa tau pada umur. Adikmu banyak. Satu dua tahun kedepan pasti mau menikah. Kalau kakak belum menikah bagaimana?"
Petir rasanya tidak terlalu sekencang ini sambarannya. Gemuruh riuh di dada dan sesak rasanya. Gardaku. Pagar terakhirku akhirnya menanyakan hal yang selama ini banyak ditanyakan orang. Lihatlah Tuhan, rautnya sesepuh dan seserius itu! Aku tak kuasa.
Aku hanya menjawab belum dan diam.
"Bagaimana jika adikmu suruh carikan? Teman dia banyak". Dan aku tertawa Tuhan. Bukan menertawakan idenya, tapi menertawakan diriku yang juga tidak kunjung mengenal jodoh. Menertawakan hidupku yang terlihat sangat dikasihani sekali malam ini. Perempuan usia 27 tahun yang tidak pernah didekati siapapun. Rasanya seperti terbuang dari sosial. Dijadikan second choice oleh banyak orang. Rumit sekali rasanya.
Pikiran kabur, dada sesak, nafas tersenggal, dan mata menurunkan tangisnya pelan-pelan.
Siapa yang Engkau ciptakan untuk mendampingiku Tuhan? Kenapa dia belum Kau suruh datang dan bertandang? Aku juga lelah memikul semua sendiri. Menjadi perempuan kuat di depan semua orang. Aku juga ingin disayang oleh manusia dengan cara yang sama seperti orang-orang Tuhan. Dipeluk dicium dicintai dan dirindukan. Ditenangkan dalam bara kecewa dan disejukkan dalam panas amarah.
Allah, restunipun nggih. Saestu kulo manut.
0 Komentar