KONSEP HABIB DI MESIR


Tadi malem, gue liat temen repost tweet dia ke WAS. Kalimatnya gini:

Kenapa orang menginginkan kesetaraan tapi hierarki dalam masyarakat masih di junjung tinggi? Contohnya habib, gus, neng.

Tapi di captionnya dia jawab sendiri, katanya : bahwa mereka adalah orang berilmu, kita hormati saja keilmuwannya.

Gue nanggepin WAS dia dengan bilang : lu baru nemu jawabannya? Repost segala.

Dan dia bilang : gue baru inget dulu banget lu pernah ngomong ini, dan gue baru setuju.

Gue bilang : Itu bentuk penghormatan. Secara sosial memang ada perbedaan cara tritmen buat gus, habib, sama ning atau kyai. Tapi nek orang yg nge tritmen mereka gamau mentritmen dengan beda yo rapopo to? Hak masing-masing.

Terus dia nanya : Aneh ga sih liat seorang guru yg udah belajar bertahun2 berilmu. Terus dia tunduk dan mencium tangan seorang habib yang masih belum berilmu, masih kecil? Aneh kan?

Gue jawab : Nek itu lebih ke menghormati nasabnya berarti. Kadang kita harus bisa profesional juga si. Kaya benci sama pendapatnya atau sama orangnya. Hormat sama ilmunya, akhlaknya atau orangnya. Jadi gasalah nek misal lu mengormati si si A (yang berilmu) ketika di forum ilmiyah tapi tidak mendukung si A ketika dia bunuh org.

Terus dia bilang : Ya memang. Tapi ga salah dong kalo tidak semua orang memilih untuk tidak terlalu peduli nasab 😂

Gue jawab : Ga masalah. Penghormatan kepada nasab habib, menurut gue emang ada dalam Islam. Tapi yo akhirnya kembali ke masing2. Nek misal lu mikir logis gitu, ngapain dah sama-sama manusia ini, yo ra sah cium-cium tangan. Nek misal lu punya keyakinan dalem hati misal lu hormat ama habib karena dia keturunan Nabi SAW dan semoga jadi berkah buat lu ya silahkan cium tangan.
Manusia dikasih akal buat dipake buat jalanin hidup. Akhlak lu, iman lu hasil dari kontribusi akal ini.

Dia terus tanya: Bagaimana kedudukan seorang habib di arab sendiri?

Gue jawab : Nah gue belum tau dah. Ntar gue tanya temen-temen yg kuliah di Mesir, Yaman atau Damaskus.

Seperti biasa, kalo ada pertanyaan yang udah nyampe ke hati, bakal susah dikeluarin dari fikiran. Akhirnya tanpa rasa malu, gue chat temen-temen bahkan kenalan gue yang lagi study di Mesir, Syiria, Turki, Maroko, dan Sudan.

Diantara semua yang gue kontak, temen gue dari Mesir yang responnya paling cepet. Akhirnya, kita sharing dan diskusi tentang konsep habib di Mesir.

Menurut sepengetahuan dia, konsep golongan sosial bernama habib itu gaada di Mesir. Di Indonesia, habib adalah keturunan laki-laki dari seorang habib. Baik keturunan dari seorang istri yang merupakan keturunan habib atau istri yang hanya perempuan biasa. Di Indonesia katanya, ada perkumpulan habib namanya Jami'at al Khair yang salah satu tugasnya adalah mencatat nasab habib. Jika nama seseorang tidak ditemukan di arsip Jami'at al Khair ini, maka dia bukan habib (coba cek lagi tentang jam'iyah ini karena pas gue googling ga nemu).
Jika seorang perempuan keturunan habib menikah dengan laki-laki biasa alias bukan habib, maka anaknya disebut syarifah atau sering disebut ayip.

Sebenarnya konsep ini sama dengan konsep patriarkhi dalam kerajaan-kerajaan. Dimana keturunan murni adalah laki-laki yang berasal dari raja dan ratu yang berdarah biru.

Sedangkan di Mesir, kata temen gue, ga ada konsep nasab habib yang sedetail kaya di Indo. Orang-orang Mesir hanya menyebut habib dengan sebutan keturunan Rasulullah secara umum. Mereka itu pun ga disebut habib di Mesir. Ada yang disebut syekh, dan lainnya. Ga ada kelompok atau golongan sosial bernama habib kaya di Indo.

Cara menghormati keturunan Rasulullah di Mesir sama dengan cara kita menghormati habib. Menghormati ilmunya. Meskipun ga sampai cium tangan kalo ketemu (karena orang Mesir ga biasa dengan budaya cium tangan dan mereka bahkan bilang nggak pantas), mereka memiliki cara sendiri untuk menghormati habib seperti mendahulukan mereka dalam acara atau jamuan dan lain sebagainya.

Terus gini, kalo di Indo kan pokoknya habib sama keturunan habib itu di hormati. Kalo habib ya mungkin di hormati selain karena nasabnya juga karena ilmunya. Tapi kalo keturunan habib yang masih kecil banget tuh sampe dicium-cium ama orang itu gimana?

Oke sabar. Gue bahas menurut hasil diskusi gue.

Jadi kata temen gue, di Mesir para keturunan Rasulullah SAW yang masih anak-anak juga sering di gendongin atau diciumin kok. Tapi mungkin perbedaan yang paling mendasar adalah seperti apa yg gue bilang di awal, di Mesir ga ada golongan sosial bernama habib. Jadi mereka merasa tidak ada halangan atau rasa canggung atau rasa penghormayan berlebihan antara dirinya dan para keturunan Rasulullah ini.

Lah, itu kan bentuk barokah. Emang orang Mesir ga membudayakan konsep barokah ya?

Ada, di Mesir katanya malah kuburan dan pagernya kuburan diciumin sama orang-orang.
Meskipun begitu, jangan men-generalkan ya. Tidak semua orang Mesir seperti apa yg gue bicarain ini. Mungkin ada aja beberapa yang menghormati keturunan Rasulullah kaya di Indo. Ya sama aja kaya di Indo, ga semua orang Indo yang Islam atau non Islam menghormati habib dengan meng-ekslusifkan mereka kan?

Oke. Lanjut.
Gue penasaran sama alasan kenapa keturunan Rasulullah SAW di Mesir nggak jadi kelompok ekslusif kaya di Indonesia.

Temen gue yang di Mesir itu jawab gini : bisa jadi karena faktor sejarah juga. Pas zaman Dinasti Umayyah, Abbasiyah dan lainnya, turunan Nabi SAW jadi buronan (cek lagi). Ini mungkin bisa jadi foktor pendukung.

Nah sejauh ini rada terang berderang kan tentang gimana pandangan orang Mesir tentang habib. Btw, gue juga lagi nunggu respon dari temen-temen di negara lain. Jadi tungguin aja.

See u.
Thanks everyone.

3 Komentar